Arsitek Jogja : Arsitek – Bagaimana seharusnya?


Apakah anda sedang berencana membangun rumah dan mencari seorang arsitek? Untuk saat ini, sangat mudah sekali untuk menemukan konsultan arsitek, apalgi di kota-kota besar. Mulai dari arsitek yang sudah ternama, sampai arsitek baru yang sedang mulai membangun karir. Kita asumsikan memang mereka semua mempunyai background disiplin ilmu arsitektur, dan sudah teruji paling tidak dalam test kelulusan perguruan tinggi. Namun disamping itu semua, ada beberapa hal yang tidak semua arsitek mampu untuk membuat karya yang benar-benar mendekati sempurna, karena terkait banyak hal.

Untuk anda yang sedang mulai mencari bantuan arsitek, mungkin beberapa hal berikut bisa menjadi pertimbangan;

1.       Desain yang bagus

Tentu saja hal ini menjadi point perhatian nomer satu saat kita mencari arsitek untuk kita minta jasanya. Karena memang arsitek harus mempunyai ide dan karya yang bagus. Bagus dinilai dari segi estetika, fungsi dan sosialnya. Seorang arsitek memang digembleng untuk bisa menghasilkan sebuah karya/ide yang inovatif. Inovatif tidak berarti harus baru dan benar-benar berbeda dengan yang sebelumnya, namun bisa juga memadukan antara beberapa unsur, misal; alam dengan ke’modern’an, kultur dengan pribadi pemilik, dsb. Hal-hal tersebut akan terwujud dalam sebuah media bernama DESAIN. Sehingga desain yang bagus tidak hanya berupa ‘gambar’ yang bagus, tetapi harus memenuhi dari semua aspek yang ikut didalamnya.

2.       Berwawasan

Arsitektur bukan sebuah ilmu yang berdiri sendiri terpisah dari ilmu lain. Ia berhubungan dengan ilmu ekonomi, sosial, psikologi, matematika, kimia, dan tentu saja fisika dan seni. Arsitek sejati akan memperhatikan aspek yang berhubungan dengan semua ilmu tersebut.

Secara ekonomi, berhubungan dengan budget dan biaya pembangunan serta perawatan. Secara lebih luas, sebuah karya arsitektur makro akan berpengaruh pada perekonomian wilayah setempat.

Secara sosial, karya arsitektur merupakan lambang dan simbol kultur sosial yang ada di wilayah tersebut. Daerah yang satu dengan lainnya akan mempunyai ciri khas arsitektur yang sesuai dengan kultur masyarakatnya.

Secara psikologi, arsitektur memperhatikan tingkah laku pengguna karya sehingga digunakan untuk membuat senuah karya yang benar-benar dibuat untuk kenyamanan dan aksesibel dari para pengguna. Dalam hal ini penikmat karya dapat dikategorikan ke dalam pengguna.

Begitu juga dengan ilmu lainnya. Secara matematis, semua karya arsitektur menggunakan ukuran. Secara kimia, tentu bahan-bahan pendukung karya apabila sudah dibangun didasarkan pada sifat-sifat kimiawi yang nantinya akan berhubungan dengan cuaca dan iklim. Begitu juga dengan fisika. Dan ilmu seni merupakan ilmu estetika dimana dalam ilmu arsitektur ditempatkan pada posisi yang tinggi.

Arsitek sejati tidak akan mengungkung diri dalam tempurung bernama ‘gambar’. Gambar, bagi arsitek hanyalah media untuk menuangkan ide. Banyak sekali arsitek ternama yang hanya menggunakan coretan untuk menghasilkan bangunan yang luar biasa. Sebaliknya banyak gambar yang sangat bagus namun kurang pas saat dibangun.

3.       Aplikatif

Banyak kita jumpai karya arsitektur yang terlihat bagus hanya pada saat di atas kertas. Hal ini disebabkan karya tersebut kurang aplikatif dan kurang memperhatikan aspek-aspek yang telah saya utarakan diatas. Entah itu kurang dalam aspek sosial, ekonomi, maupun aspek lainnya. Beberapa hal vital dalam skala kecil, terkadang secara matematis sebuah karya dalam bentuk gambar menjadi tidak sesuai ketika dibangun. Hal ini disebabkan arsitek kurang aplikatif dalam karyanya, kurang memperhatikan aspek matematis. Sehingga proporsi dalam gambar akan terlihat sangat bagus, sementara hasil sebenarnya jauh dari kesan bagus. Ini paling sering terjadi pada bangunan skala kecil seperti hunian rumah, ruko, dan juga interiornya.

Begitu juga dalam skala besar atau makro yang menyangkut wilayah. Kesalahan dalam desain akan sangat berakibat fatal, karena sudah masuk dalam kategori masyarakat. Hal ini bisa membuat sebuah public opinion dimana tidak hanya sang perencana saja yang menjadi buruk namanya, namun juga pihak-pihak lain yang terkait dalam pewujudan karya menjadi bangunan.

Arsitek sejati tentu tidak akan menyepelekan hal tersebut. Ilmu arsitektur tidak hanya ilmu bagaimana menggambar dengan bagus agar konsumen tertarik. Ilmu sebenarnya dari arsitektur bukan dilihat diatas kertas namun nanti ketika karya itu sudah terwujud menjadi bangunan yang sesungguhnya. Tentu saja gambar juga harus bagus, bisa mewadahi segala hal yang memang harus tertampung dalam gambar tersebut.

Seorang arsitek yang memperhatikan hal-hal tersebut biasanya sudah terbiasa dalam pengawasan lapangan pada waktu pembangunan karyanya. Karena dengan begitu ia bisa membandingkan antara gambar dengan kenyataan. Bukan bermaksud untuk memojokkan arsitek yang tidak pernah ke lapangan, namun ilmu lapangan memang sangat berpengaruh pada proses desain sang arsitek.

4.       Komunikatif

Dengan adanya kemampuan dan pengetahuan yang komplit, seorang arsitek tentu bisa menghasilkan bangunan yang luar biasa. Tidak diragukan lagi, kemampuan seni, yang dipadu dengan wawasan dan aplikasi dalam lapangan, akan membuat sebuah bangunan menjadi mahakarya.

Namun ternyata itu saja belum cukup…

Arsitek perlu berkomunikasi dengan klien. Sebagus apapun karyanya, apabila tidak compatible dengan sang klien, klien tidak akan merasa puas. Tugas arsitek tidak hanya komunikasi satu arah. Tugas arsitek adalah menggabungkan antara ide dari diri sendiri dengan keinginan dan kemauan klien. Untuk itulah komunikasi dengan klien sangat penting. Anda para konsumen tentu saja tidak ingin apa yang anda kehendaki tidak tertampung dalam karya arsitek yang anda pilih. Karena karya yang dibangun adalah untuk anda, dan paling utama adalah dengan biaya dari anda.

Namun begitu, arsitek tidak hanya mendengarkan kemauan klien secara satu arah. Arsitek harus bisa memberikan ide baru, atau solusi atas masalah dari keinginan anda dalam karya tersebut. Kalau hanya mendengarkan dan memenuhi karya dengan ide murni klien, berarti si klien’lah arsiteknya. Dan si arsitek hanya menjadi tukang gambar. Tentu hal ini tidak anda inginkan sebagai klien karena anda telah memberikan imbalan jasa kepada si arsitek.

Kebanyakan arsitek pemula, masih sangat kental dengan idealisme desain. Hal ini terkadang menghambat ketika konsumen juga ngotot dalam hal yang sama. Begitu juga sebaliknya, arsitek yang terlalu ‘penurut’ cenderung tidak mempunyai inovasi dalam karya meski sebenarnya ide-ide itu ada.

Nah, sampai saat ini, anda berada pada posisi yang mana? Arsitek atau Klien? Silahkan bersikap… 🙂

(pemikiran pribadi dari hasil telaah berbagai sumber dan pengalaman)

1 comments

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.